Monday, April 14, 2025

Kisah Intel di Aceh Dibukukan

Jakarta –  Buku Intel juga Manusia [Aceh adalah Sekolah Kehidupan] yang ditulis  oleh pelaku Drs Sri Radjasa Chandra, MBA sudah beredar di Indonesia. Buku setebal 285 halaman terdiri dari tujuh bagian. Hal-hal yang tidak pernah terungkap selama ini disajikan secara apik oleh penulis dengan editor Murizal Hamzah. Buku ini diterbitkan oleh Bandar Publishing di Lamgugob Banda Aceh.

 

“Buku Intel Juga Manusia sesungguhnya berawal dari keresahan penulis melihat kondisi Aceh. Kegalauan penulis  terhadap persoalan rasa keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan menjadi potret keseharian yang dipertontonkan di Aceh,” kata Sri Radjasa Chandra, Jumat 26 Juli 2024) di Jakarta.

 

SRC – sapaan akrab Sri Radjasa Chandra – dalam buku ini menyebutkan  konflik Aceh yang berlangsung selama 30 tahun dan bencana tsunami  telah meninggalkan berbagai rasa di sanubari ini. Oleh sebab itu buku  Intel juga Manusia sesungguhnya sebuah testimoni penulis sebagai  sosok insan intelijen, namun di hadapkan oleh tantangan yang amat  dahsyat,

“Pada titik tertentu penulis tidak bisa menghindar dari fitrahnya sebagai manusia biasa yang memiliki nurani dan empati,” ungkapnya.

 

Sementara Mayjen TNI (Purn) Soenarko dalam taklimat menegaskan  buku ini layak dibaca, mengingat dengan kalimat yang mudah dipahami. Disebutkan penulis berpengalaman berdinas selama lebih dari 18 tahun di  Aceh, bertutur tentang dinamika Aceh yang belum banyak diketahui  oleh khalayak ramai.Hal serupa juga disampaikan oleh intelektual nasional

 

Prof Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad menulis  Sri Radjasa “Babe” Chandra: Sang Legenda Agen Intelijen di Aceh. Disebutkan pembaca akan menemukan berbagai kisah keterlibatan dan  sumbangsih Babe di dalam menjalankan misi intelijen yang bersamaan dengan satu tarikan napas dengan misi kemanusiaan.

 

“Dalam konteks  ini, ungkapan intel juga manusia menjadi begitu penting dipahami. Dulu ada candaan aparat  ke Aceh memanggul M16 dan  pulang bawa 16M. Kalau ketika masuk ke Aceh masih memakai  bunga, maka ketika pulang dia akan turun Bintang,” ucapnya.

 

Mantan Panglima GAM Muzakir Manaf alias Mualem dalam  Ranub Sigapu  berharap akan lahir Radjasa yang lain, sehingga tidak lagi  terjadi pertumpahan darah di antara anak-anak sebangsa yang hanya  meninggalkan luka di dalam perjalanan bangsa ini.

 

Buku ini berisi pengalaman penulis yang memiliki nilai filosofi,  seperti “pengorbanan akan terasa membahagiakan, jika kita tahu untuk  apa kita berkorban”, kemudian “memberi sesungguhnya menerima”  dan “perang hanya melahirkan penderitaan dan di akhir peperangan semua akan mengalami kekalahan.”

 

 “Saya  sangat mengenal sosok penulis, bahkan pernah saya katakan bahwa  Radjasa adalah saudara sekandung lain rahim. Kedekatan inilah yang  membuat saya berani menilai pribadinya sebagai sosok kontroversial,  berani berpikir, dan bertindak di luar kotak, dalam menjalankan hidup  dan tugasnya di Aceh.  Sebagaimana judul buku ini, Radjasa adalah sosok intelijen yang tidak  meninggalkan nilai humanis, sehingga dalam bertugas tidak melulu  mengedepankan pendekatan represif, tapi kerap kali diimbangi dengan pendekatan humanis,” pungkas Mualem.

Bagikan :

Artikel Lainnya

buka-puasa-warga-Aceh-di-aula-Masjid-Baiturrahman-DPR-RI
Bukber dan Nuzulul Quran PPTIM di Masjid DPR Dihadiri Hampir 1.000 Warga Aceh
Penyerahan santunan kepada fakir miskin di lingkungan Wisma TIM.
PPTIM Santuni Fakir Miskin Sekitar Lingkungan Wisma TIM
Foto : Ketum PPTIM
Ketum PPTIM: Selamat USK Jadi Kampus Terbaik di Luar Jawa

Temukan Saya